
Menurut perhitungan kawan kawan dari mka-bio jombang, batas kemampuan ikan dalam mencerna makanan adalah 3.5% dari berat tubuh ikan. Jadi semisal berat ikan 200gr pakan yg harus diberikan adalah 3.5% x 200gr = 7gr. Hal ini didasarkan pada perhitungan indeks gizi hewan ternak. Mungkin hal ini secara kuantitas masih perlu dibuktikan kebenarannya karena tentu kemampuan alami tiap makhluk hidup dalam mencerna makanan berbeda beda. Namun setidaknya nilai ini memberikan gambaran global bagi para peternak dalam proses pemberian pakan untuk ikan agar tidak trlalu sedikit, atau bahkan terlalu berlebihan.
Untuk memastikan agar jumlah pakan yang dikonsumsi ikan mencapai target yang diinginkan, hal yang perlu diingat adalah menjaga selera makan ikan. Dalam hal pembesaran ikan, faktor selera makan dipengaruhi oleh tiga faktor. Yaitu kualitas pakan, air, dan kepadatan populasi.
Pakan yang berkualitas bukan hanya yang mengandung nutrisi pertumbuhan, tapi juga pakan yang mampu menarik nafsu ikan untuk mengkonsumsinya. Sebab menurut pengalaman, jenis pakan benar benar mempengaruhi selera makan ikan. Pakan yang harganya mahal, relatif lebih disukai ikan. Namun dalam menentukan keputusan sebaiknya perlu dikaji lebih mendalam mengenai harga pakan, kandungan nutrisi, dan perkiraan lama proses pembesaran dengan pemberian pakan jenis tertentu terhadap tingkat laba yang mungkin dicapai.
Ada beberapa alternatif dalam pemberian pakan terkait win win solution dalam mencapai efektifitas antara keempat hal diatas. Diantaranya adalah mencampur pakan mahal dengan pakan yang lebih murah. Dengan metode pencampuran ini, peternak modal kecil dapat bertahan walaupun mungkin proses pembesaran ikan memakan waktu yang lebih lama. Ada pula yang mencampur pakan dengan probiotik yang dikenal dengan sistem guba. Probiotik yang dicampur dalam pakan diklaim dapat meningkatkan kemampuan ikan dalam mencerna makanan. Efektifitas jumlah pakan yang mampu dikonversi menjadi daging pada sistem ini menurut beberapa sumber diinternet mencapai 90% sehingga jumlah pakan yang diberikan lebih sedikit dan panen dapat dicapai pada masa yang lebih singkat. Secara logika, bila probiotik benar benar mampu membantu proses pencernaan, hal diatas mungkin dapat dicapai. Namun untuk tingkat efektifitas 90% saya masih sangat ragu. Karena materi pellet lebih dari 10% adalah padatan yang tidak dapat dicerna dan dibuang sebagai kotoran. Selain itu, kebutuhan tenaga untuk bertahan hidup pada ikan juga memerlukan prosesntase yg cukup besar dari hasil konversi pencernaan pakan, barulah sisanya yang dikonversi menjadi daging dalam proses pertumbuhan ikan. Saya sendiri masih belum memiliki data mengenai keterkaitan ini. Saat ini saya baru ingin melakukan riset dan pengkajian terhadap hal ini. Atau mungkin jika para pembaca memilki pengalaman mengenai hal ini kita bisa saling bertukar informasi.

Selain keasaman, hal yang perlu diperhatikan pada air adalah adanya mikroorganisme yang hidup pada kolam. Plankton2 sangat bermanfaat bagi ikan sebagai makanan alami. Namun hal ini berlaku pada saat ikan masih kecil. Ketika ikan dewasa, keberadaan plankton tidak diperlukan lagi sebagai sumber makanan alami. Pada ikan dewasa, ukuran plankton yang kecil tidak akan mampu meningkatkan berat ikan. Keberadaan plankton maupun makhluk hidup lain yang terlalu banyak juga merupakan kerugian bagi ikan, karena suplai oksigen untuk ikan harus berkurang juga.
Saat ini petani juga telah memanfaatkan teknologi isolasi dalam membangun kolam mereka. Teknologi isolasi berguna dalam menjaga suhu air kolam agar lebih hangat saat malam hari. Suhu air yang lebih hangat ini berguna agar ikan tidak mengeluarkan banyak energi untuk melawan dingin sehingga efektifitas nutrisi yang diserap ikan untuk pertumbuhan lebih tinggi. Petani yang membangun kolam terpal, menambahkan isolasi panas berupa merang di bawah terpal. Penambahan isolasi ini dimaksudkan agar suhu air tetap terjaga, karena kalor dari air yang lepas ke tanah dihambat oleh merang tersebut. Berdasarkan pengalaman, dengan ketebalan merang kurang lebih 10cm terbukti membuat suhu air lebih terjaga bila dibandingkan dengan kolam semen. Mungkin perlu juga dilakukan riset mengenai suhu yang paling efektif bagi ikan untuk hidup, karena sesungguhnya suhu kolam dapat diperhitungkan dengan memperkirakan faktor lingkungan dan faktor isolasi.
Hal terakhir adalah kepadatan populasi. Populasi yang terlalu padat sangat tidak baik bagi ikan. Karena dengan ruang lingkup yang relatif sempit, kemungkinan kualitas hidup ikan berkurang sehingga mempengaruhi pertumbuhan ikan tersebut. Berapa jumlah populasi ikan yang pas per meter perseginya juga perlu dikaji agar petani dapat mencapai tingkat laba yang paling tinggi.
Published with Blogger-droid v1.7.4
0 komentar: